Sabtu, 14 Januari 2012

I Shall Not Hate



Finally, i just finished read these books..

Setelah berjuta-juta tahun saya tidak lagi membaca novel, akhirnya satu novel ini berhasil saya selesaikan, meskipun memakan waktu 3 minggu. Bukan karena saya tidak suka membaca, hanya saja saya adalah orang yang moody dalam membaca, saat mood saya sedang bagus, saya menyelesaikan setengah buku ini sekaligus, dan saat mood saya melemah saya tidak membacanya, jika dihitung secara matematis waktu saya menyelesaikan buku ini, saya menyelesaikan buku ini hanya dengan 4 kali membaca.

Selain itu, saya termasuk orang yang pemilih dalam menentukan bacaan. Saya tidak akan membaca buku-buku komedi konyol yang semakin banyak beredar di negeri ini. Buku yang saya pilih untuk dibaca ini saya jamin kebaikan serta kelayakan bacanya.

I Shall Not Hate merupakan buku yang ditulis oleh Izzeldin Abuelaish, seorang dokter berkebangsaan Palestina yang aktif memperjuangkan perdamaian. Saya kagum pada sosoknya, tidak, ini bukan sekadar kagum, saya sepakat dengan semua teori perdamaian yang ada di benaknya, membuat saya begitu penasaran untuk pergi ke jalur gaza dan menyaksikan apa yang sesungguhnya terjadi disana.

Ia adalah dokter palestina pertama yang bekerja di rumah sakit di israel, sebagai seorang palestina ia melihat konflik israel-palestina dengan cara pandang yang berimbang. Di masa muda ia pernah bekerja di kebun milik orang israel. Sang pemilik kebun memperlakukannya dengan baik. On the other hand, ia menjalani kehidupan di kamp jabalia yang sangat pelik, melihat dengan mata kepala sendiri tentara israel yang menghancurkan rumah-rumah penduduk. Bahkan di suatu hari ketiga putri dan satu keponakannya tewas karena bom yang dijatuhkan ke rumahnya oleh militer Israel. Alih-alih merasa dendam, dia malah mengatakan:

I shall not hate. Biarlah putri-putriku menjadi korban tewas yang terakhir demi perdamaian.


Buku ini membuka wawasan orang-orang yang selama ini gelap mata atas apa yang terjadi di gaza sana. seriously, i mean it. Banyak orang yang selama ini gelap mata mengutuk seluruh rakyat israel. Justru seorang izzeldin, orang yang seharusnya memiliki segala-galanya untuk merasa frustasi, kecewa bahkan benci kepada israel masih melihatnya denga kacamata yang sangat realistis. Bahwa hanya sebagian israel dan palestina yang menyebabkan ini semua, pemimpin-pemimpin politik yang berpikiran konvensional. Bukan seluruh warga israel.

Setidaknya buku ini membuat saya ingin segera pergi kesana, ke jalur gaza, bukan untuk mendukung israel ataupun palestina. Tetapi untuk menyelamatkan nyawa, manusia.


catatan N-Boy™