Rabu, 01 Oktober 2008

Laskar Pelangi

hmm, beberapa waktu yang lalu, gw dan pacar gw merayakan setahunnya hari jadi kami berdua. gw bersama dengan pacar gw, dita, pergi buat nonton film yang udah lami kami nantikan, Laskar Pelangi judulnya. Film yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata ini memang membuat penasaran semua orang yang pernah baca tetralogi Laskar Pelangi. Semua pecinta novel Laskar Pelangi pasti sangat menantikan filmnya.

Sebelumnya terjadi perdebatan yang cukup alot mengenai lokasi yang tepat untuk nonton, gw menganjurkan ke blitz yang baru di daerah Kelapa Gading, setidaknya kami berusaha untuk tidak ke MM lagi. Namun apa mau dikata, kalau orang tua sudah berbicara, mau tidak mau kami harus menerima, dengan alasan bulan puasa dan waktu nonton mendekati malam hari (sekalian mau buka puasa), kami di anjurkan untuk tidak pergi terlalu jauh, yah akhirnya kami pun menerima usulan orang tua, pergilah kami ke tempat yang terdekat.
MM.

Kamipun janjian di LIA Galaxy, sekalian bayar LIA, yup, maksud hati mau bayar, uang pun sudah dipersiapkan, tapi sepertinya Tuhan lebih suka kalau saya balik lagi ke LIA lain waktu. (Jauh abis ni tempat dari rumah gw), insiden besar terjadi, sebuah kejadian paling menggemparkan dan tidak akan bisa dilupakan.
GW GA BAWA KARTU NYA....

Akhirnya kami pun meluncur ke Metropolitan Mall, dan mendapati suatu kenyataan pahit bahwa tiketnya yang jam 2 udah abis. Ya karena lagi puasa, akhirnya kami pun bersabar dan membeli tiket yang jam 5 aja, lagipula kami bisa menunggu waktu di Gramedia dan membeli beberapa buku (namanya juga punya duit, kalo ga punya pasti nasibnya kaya orang-orang yang cuma nungguin sambil bengong, ketauan cuma bawa duit 20ribuan pas2an sama harga tiket) dan pulpen seharga 21500. Selain ke Gramedia kami sempat keliling-keliling terus fotobox. ya pokoknya ga cuma bengong nungguin sampai jam 5.

Setalah cukup lama menunggu, akhirnya waktu yang dinantikan tiba, kami berdua masuk studio setelah ada suara informasi yang mengumumkan bahwa studio telah dibuka. Tak pelak, kami pun langsung masuk ke dalam dan mendapati tempat duduk dalam keadaan kosong (yaiyalah benga!).

Jujur menurut kami film laskar pelangi bisa dibilang bagus, bukan.. tetapi sangat-sangat bagus.. kami sengaja membeli kudapan ringan, untuk sekalian berbuka puasa nanti. Cerita yang sangat menarik, lagu yang menyentuh, pengambilan gambar yang sempurna, menjadi rekomendasi dari kami berdua mengenai film Laskar Pelangi. Meskipun kami merasa bahwa film ini agak berbeda dari versi novelnya. Saya tidak menganggap itu suatu masalah yang besar. Karena kita harus menghormati imajinasi. Terdapat perbedaan yang begitu besar antara imajinasi penonton, dengan imajinasi pembaca. Ketika kita menonton, maka kita menggunakan imajinasi penonton,mengikuti imajinasi sang sutradara. Tetapi ketika kita menjadi pembaca, kita menggunakan imajinasi pembaca, sehingga kata-kata merupakan sumber ide yang memperkosa imajinasi kita, imajinasi kita bebas, bebas menafsirkan yang kita inginkan.

Akhirnya film pun berakhir, kami pun keluar dari teater dan pergi mencari tempat makan untuk berbuka puasa. Setelah itu kami pulang dengan perasaan lega karena rasa penasaran kami telah terpuaskan oleh film yang sangat menggugah dan menggambarkan keadaan dunia pendidikan di Indonesia, Film kreatif dari karya novelis yang memiliki banyak inspirasi dan dikemas oleh sutradara jenius yang membuat orang yang menontonnya akan merasa berdosa jika tidak mensyukuri hidup.

Sekian

Salam damai penuh kasih, Merdeka!
-Nugrahaboy-