Sabtu, 30 Agustus 2008

Siti Nurbaya

Di sebuah desa yang indah, hiduplah seorang gadis berparas cantik jelita, memiliki mata yang indah, rambut panjang sebahu, yang membuat laki-laki mudah jatuh hati padanya. Gadis desa itu bernama Siti Nurbaya, ia hidup bersama dengan ayahnya yang seorang duda bernama Baginda sulaiman. Siti memiliki seorang sahabat sejak kecil, teman sepermainan, tetangga, yaitu Samsul Bahri, anak sultan mahmud syah. Pada suatu hari, di sebuah saung di tengah sawah, siti dan sam sedang bercakap-cakap sambil menunggu kedatangan pak ali, kusir keluarga samsul. Pak ali datang terlambat karena harus menjemput tamu sultan mahmud syah, yakni Datuk Maranggi. Mereka pun bergegas pulang

Di rumah sultan mahmud syah, tampak seorang pria tua bangka, berwajah buruk rupa, tapi seorang juragan kaya, Datuk maranggi pemilik dari warung sate maranggi yang terletak di Cikampek arah ke purwakarta, yang suka main perempuan. “ Hahahaha” tawa datuk maranggi dengan suara serak yang jelek khas dirinya. “ngomong-ngomong berapa banyak kau pinjam uang dariku?” “Sekitar 20 juta Datuk, tapi apa yang dapat saya berikan sebagai jaminannya?”. Datuk maranggi tertawa kembali, “Hahahaha, sultan, kau dan aku sudah berteman sejak lama, tidak perlu lah kau memberi jaminan kepadaku.” “Benarkah? Terima kasih datuk.” Sultan mahmud menjabat tangan datuk maranggi yang kasar dan keriput. Tak lama kemudian dari jendela terlihat siti nurbaya masuk ke rumahnya, Datuk maranggi yang melihatnya pun bertanya “Hai, sultan mahmud, siapa gerangan gadis sebelah itu?” tanya datuk maranggi. “Dia adalah siti nurbaya, kembang desa di desa ini, anak perawan baginda sulaiman, saudara hamba datuk.” Jawab sultan. “Cantik sekali gadis itu, dapatkah aku berkenalan dengannya?” “Tentu saja datuk, anak saya sam akan mengantarkan anda.”

“Siti, perkenalkan ini adalah datuk maranggi teman ayah saya, Datuk, ini Siti Nurbaya”. “Huahahaha, siti nurbaya, wajahmu sungguh cantik bak bidadari turun dari kayangan.” “Terima kasih datuk atas pujiannya, mari masuk dahulu, minum secangkir teh.” “Oh tidak perlu siti, saya sudah harus pulang, sampai jumpa lagi lain waktu.” “Senang berjumpa dengan anda datuk.”

Datuk maranggi pun hampir setiap hari datang ke rumah siti nurbaya, ayah siti, baginda sulaiman merasa risih akan kedatangan lelaki tua meskipun setiap kedatangannya baginda sulaiman selalu mendapatkan kertas biru atau merah yang tentunya banyak dimiliki oleh anggota DPR yang mendapatkan limpahan dana dari Bank Indonesia.

Ternyata tidak seperti dengan wanita-wanita terdahulu, saat ini Datuk Maranggi merasa benar-benar jatuh hati kepada Siti Nurbaya, aki-aki yang merasakan cinta, wew. Setiap malam minggu datuk maranggi bertamu ke rumah siti nurbaya, memakai baju yang merupakan negasi dari enak dilihat dan pakaian yang berbau kispray yang seperti sengaja dituang ke seluruh permukaan baju, meski begitu layaknya cowok ngapel yang bermodal besar, Datuk maranggi membawakan hadiah-hadiah yang indah untuk Siti. Ternyata sam yang melihat dari rumahnya pun merasa gundah hatinya, ia merasa cemburu dengan laki-laki tua itu. Ia seperti kalah bersaing dengan pria tua yang sebenarnya sudah sangat layak untuk masuk ke keranda jenazah. Meski begitu ia juga tak enak kepada Datuk karena ayahnya memiliki hutang besar kepada Datuk Maranggi.

Siti Nurbaya yang pada awalnya merasa risih dengan kedatangan lelaki tua bangka itu mulai merasakan ketulusan Datuk Maranggi, meskipun begitu layaknya gadis normal tentu saja ia tidak sampai menyukai Datuk Maranggi yang lebih pantas untuk dipanggil Kakek olehnya. Tetapi setelah dipengaruhi oleh beberapa teman yang belum layak dikategorikan sahabat, siti berniat menggunakan kesempatan untuk mendapatkan semua yang ingin dia miliki.

Siti pun selalu curhat dengan Sam, berduaan di saung di tengah sawah, meskipun sam berpakaian ala kadarnya dengan badannya yang bau keringat, siti lebih merasa nyaman dengannya. Dan Samsul merasa sangat bahagia sekali begitu mendengar siti curhat dengannya mengenai perasaannya kepada Datuk Maranggi.

Datuk Maranggi mengetahui kebiasaan Siti yang selalu berdua-duaan dengan Sam merasa geram, ia merasa diduakan oleh gadis cilik. Ia memasang alat penyadap, meminjam dari Conan Edogawa, teman profesor Agasa yang merupakan teman jajan gorengan dan es kelapa Datuk di Gamprit Raya. Alat penyadap itu dipasang di saung tempat Siti dan Samsul biasa bertemu.

Datuk yang gagap akan teknologi, tidak dapat menggunakan alat tersebut, dan malah ia bersembunyi di kolong saung untuk mencuri dengar pembicaraan Siti dan Sam. Ia mendengar bahwa siti hanya memanfaatkan dirinya, ia pun patah hati, pingsan di kolong saung yang mungkin akan menjadi rumah abadinya jika ia tidak terbangun.

Keesokan harinya Datuk datang ke rumah Siti, ia meminta penjelasan dari Siti, Siti yang memang bukan siapa-siapanya Datuk Maranggi tentu tidak merasa bersalah. Memang Datuk Maranggi terlalu berlebihan, seperti Indonesia yang berlebihan memiliki sumber daya alam dan hutang luar negeri.

Baginda Sulaiman yang geram dengan kisah cinta putrinya yang seperti sinetron-sinetron Televisi yang sifatnya tidak mendidik menikahkan putrinya dengan lelaki bule darah campuran yang kebetulan lewat depan rumahnya.

Ending yang kurang asik. Maaf ya...

Sabtu, 23 Agustus 2008

n-boy's love life

Cinta, sebuah kata yang terdengar menyebalkan, menjijikan dan sangat tidak enak didengar oleh orang yang belum pernah merasakannya, namun kata ini menjadi sangat indah, menyenangkan dan memiliki makna yang sangat mendalam bagi orang-orang yang merasakannya.

Berikut ini saya akan menceritakan sebuah kisah yang saya alami, mungkin tidak sehebat kisah-kisah yang ada di cerita-cerita pendek, dan novel-novel, tetapi kisah ini membuat perubahan yang sangat besar dalam hidup saya.

SMAN 81 Jakarta, kisah ini bermula sejak saya masuk ke SMA tersebut, SMA yang terletak di daerah kalimalang, Jakarta-timur ini memiliki daya tarik yang luar biasa bagi siswa-siswi SMP di Jakarta dan luar Jakarta. Persaingan untuk masuk SMAN 81 sangatlah ketat, dan Alhamdulillah berbekal nilai NEM 28,47 saya dapat masuk SMA tersebut.

Sabtu, 14 juli 2007, Hari pertama saya menginjakkan kaki di SMA 81 sebagai seorang siswa. Hari pertama masuk sekolah saya masih canggung, apalagi saya adalah orang yang kurang bisa bersosialisasi, orang yang pendiam, kalem dan tertutup. Beruntung pada hari itu hanya diadakan pembagian kelas, pemberitahuan dari OSIS dan pengambilan seragam dan bahan. Saya masuk ke kelas X-3.

Hari senin nya saya menjalani Masa Orientasi Siswa selam 3 hari, Singkat cerita saya akhirnya menjalani hari-hari saya di SMA 81. Menjadi bagian dari SMA 81. Kehidupan SMA saya pada awalnya tidak jauh berbeda dengan kehidupan saya di SMP 49. Sampai pada akhirnya saya berniat untuk ikut program akselerasi di SMA 81. Saya ikut psikotes, tes akademik dan wawancara hingga akhirnya saya diterima di program akselerasi pada tanggal 14 Agustus 2007. Sulit dipercaya saya yang pemalas ini diterima di program yang membutuhkan tingkat kerajinan yang tinggi.

17 Agustus 2007, HUT Indonesia, bukan hanya sebagai hari besar bagi seluruh bangsa Indonesia, hari ini adalah awal perubahan besar yang akan terjadi pada hidup saya. Sore hari, bermula dari sebuah Pesan Singkat di handphone saya dari nomor yang tidak tercatat di phonebook saya. Sebuah pesan singkat yang isinya “ini nomornya Hafiz ya?”.kemudian saya membalasnya hingga akhirnya saya mengetahui pengirim pesan singkat itu. Dita, orang yang tidak terlalu saya kenal, dulunya teman sekelas saya di X-3 sebelum akhirnya saya pindah ke Aksel. Pada hari itu kami saling mengirim pesan singkat hingga akhirnya kami chatting dan membicarakan banyak hal yang menarik, kami membicarakan upacara kemerdekaan RI hingga Game Online dan lain-lain.

Hari demi hari kami masih saling berhubungan dengan bertukar pesan, saya merasakan adanya kecocokan antara saya dan Dita, saya merasa dia teman yang baik, teman yang enak diajak bicara bahkan saya merasa sangat tidak nyaman jika sampai terlewat satu hari saja tidak mengirim sms kepadanya. Saya merasakan suatu perasaan yang tidak saya rasakan ketika saya berbincang-bincang dengan teman saya yang lain. Perasaan yang indah, perasaan tidak ingin kehilangan, perasaan nyaman saat saya sms-an dengan nya. Mungkin yang saya rasakan adalah kata pertama dalam posting ini. Ya, saya mulai menyukainya, hingga akhirnya pada tanggal 25 September 2007 dengan mengumpulkan semua keberanian saya mengutarakan perasaan itu kepadanya di depan kelas 3 IPS 1, bahkan saat itu sedang ulangan mid semester. Dan ia pun menyambut perasaan saya kepadanya, saya diterima dan pada hari itu 25 September 2007 kami pun jadian. Betapa senang dan bahagianya saya pada saat itu.

selasa, 25 september 2007, hari yang menjadi sangat penting dalam hidup saya, saat yang membahagiakan dalam hidup saya, ketika saya menemukan pasangan tulang rusuk (seperti kisah nabi adam dan siti hawa) yang hilang. Sangat menyenangkan dan menggembirakan. N-Boy yang berwatak keras dan angkuh, pada saat itu bertekuk lutut tidak berdaya di hadapan seorang wanita bernama Dita Nadya Ardiyani. Pada tanggal itu saya mengungkapkan apa yang saya rasakan dari saat pertama kali mengenalnya.

Akhirnya kami menjadi pasangan. Dita, adalah seorang wanita yang selama ini saya impikan untuk menjadi pendamping saya kelak.Ia kini menjadi bagian dari hidup saya. Pesan singkat darinya membanjiri inbox handphone saya dan kami pun sering telponan. Betapa buruknya hari apabila tidak mendengar suaranya. Dita adalah seorang wanita yang baik, namun terlalu manja dan cenderung mudah menangis. Karena sifatnya itu sering terjadi pertengkaran kecil di antara kami. Pertengkaran yang memberikan suatu warna berbeda dalam hubungan yang kami jalani. Namun, pertengkaran kecil itu tidaklah kemudian menjadi besar, karena kami memiliki perasaan yang sama, yaitu tidak ingin kehilangan satu sama lain.

Hari ini tepat sebelas bulan kami bersama, banyak hal yang telah kami jalani selama sebelas bulan ini, meskipun saya belum memiliki keberanian untuk datang ke rumahnya, namun saya sudah pernah bertemu dengan orangtuanya. Postingan ini pun merupakan sebuah kado dari saya untuknya. Saya ingin menunjukkan bahwa saya bangga bisa menjadi orang yang dekat dengannya. Semoga hubungan yang kami bina selama sebelas bulan ini dapat bertahan untuk selamanya, dan pertengkaran di antara kami tidaklah menjadi pertengkaran besar yang mengakhiri segalanya, tetapi menjadikan kami menjadi pasangan yang memiliki ikatan yang kuat.

Happy Anniversary honey!

Kamis, 14 Agustus 2008

Kemenangan Rifqi sudah diprediksikan oleh banyak pihak

O eS I eS, begitu katanya cara membaca OSIS, dibaca huruf perhuruf, bukan OSIS yang sudah lazim kita dengar. Cara membaca yang baku adalah dengan membaca huruf perhuruf O S I S karena bukan merupakan akronim, tapi ribet ah, masyarakat kan sudah terbiasa dengan langsung saja dibaca OSIS. Saya bahkan baru menyadari hal itu saat ramainya seleksi calon pengurus OSIS saat ini. Mungkin hal tersebut juga merupakan suatu kesalahan yang dibiarkan abadi (bagi anak 81, baca lembaran "budi pekerti" karya pak Zolvi).

Terdapat 2 kandidat calon ketua beserta wakil, yakni Ari dan Rossie Vs Rifqi dan Rafie, yang sejak awal saya sudah memprediksi bahwa jabatan ketua OSIS akan jatuh ke tangan Rifqi, tinggal menunggu waktu. Dan memang jabatan itu jatuh ke tangan Rifqi pada tanggal 14 Agustus 2008 dan diresmikan tanggal 17 Agustus 2008. Rifqi menang dengan selisih yang cukup jauh dari kandidat lainnya.

Faktor utama keberhasilan Rifqi adalah sosok Rifqi yang memiliki kharisma, daya tarik, daya pikat yang dapat menghipnotis orang-orang disekitarnya. Rifqi adalah orang yang pantas untuk menyandang jabatan ketua OSIS SMA Negeri 81. Dengan gaya bicara yang tegas ia dapat berbicara di depan banyak orang dan meyakinkan mereka untuk memilih dirinya sebagai ketua OSIS. Begitu besar sosok Rifqi dan pengaruhnya.

Dalam keseharian, Rifqi adalah sosok yang ramah, mudah berbaur dan terbiasa untuk menyapa orang-orang yang ia temui (mengucapkan "assalamualaikum" dan berjabat tangan), kebiasan -kebiasaan kecil seperti itulah yang justru berdampak besar yaitu ia dihormati oleh orang lain. Ia berhasil menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang ia temui. Rifqi selain identik dengan hidung mancung khas orang Arab, juga terkenal dengan senyumnya yang membuat orang mengenalnya sebagai sosok yang murah senyum dan ramah.

Sebagai seorang manusia, saya rasa Rifqi tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Karena begitu aktifnya Rifqi dalam kegiataan di SMA Negeri 81, mungkin ada warga 81 yang berpikiran "Rifqi mulu nih, bosen". Bahkan beranggapan Rifqi cenderung tidak memberikan peluang kepada orang lain untuk menunjukkan eksistensi dirinya di SMA 81.

Hmm, saya rasa sekian dari saya, sukses untuk Rifqi dan OSIS SMA Negeri 81 Jakarta..