Kisah dokter muda bukan koas yang ga pernah suka meriksa anak kecil dan pengen jadi dokter nuklir/radiologist
Minggu, 06 Januari 2013
Pict
Setelah menonton film perahu kertas. Merasa iri dengan tokoh keenan, ingin rasanya berhenti kuliah dan memutuskan untuk jadi pelukis saja. Tapi dari SD saya cuma bisa menggambar ini :
Jangan salah, berkat gambar ini saya bisa mendapatkan hadiah waktu training ESQ. Disaat semua orang menggambar pemandangan 2 gunung dengan jalan di tengahnya, saya satu-satunya yang menggambar ini.
catatan N-Boy™
Jangan salah, berkat gambar ini saya bisa mendapatkan hadiah waktu training ESQ. Disaat semua orang menggambar pemandangan 2 gunung dengan jalan di tengahnya, saya satu-satunya yang menggambar ini.
catatan N-Boy™
Sabtu, 05 Januari 2013
Sins
Terinspirasi dari blog walking semalam suntuk, tidak sengaja berjumpa dengan blog yang isinya pengakuan dosa sang pemilik blog. Di hari yang kurang baik karena kurang tidur ini, diperburuk dengan tanpa air putih di pagi hari, saya ingin menulis kisah saya, semacam pengakuan dosa. Berikut ceritanya :
Saya pernah menghisap rokok. Saya kurang paham ini termasuk dosa atau bukan, karena ustad, habib dan kyai yang saya cermati dan saya kenal ada bahkan banyak yang merokok. Terlepas dari pro kontra dosa/tidak dosa tapi yang pasti ini aib buat saya, aib yang terus saya rahasiakan dari orang tua saya selama bertahun-tahun karena takut dimarahin, dan dari orang-orang sekitar saya karena malu.
Saya menghisap rokok pertama saya ketika saya duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Saya yang waktu itu langganan juara kelas, bahkan juara loketa tingkat DKI bidang mutsabaqah hisbul quran (MHQ) ternyata tidak lebih seorang bocah dungu yang bisa diperdaya oleh rasa ingin tahu yang teramat liar.
Ikut-ikutan teman?sama sekali tidak, lingkungan saya baik, lingkungan sekolah dasar islam terpadu. Justru saya adalah si brengsek yang mengajak teman beramai-ramai untuk mencicipi tembakau bakar tersebut.
Awal mula peristiwa ini terjadi sore hari, saat saya dan teman-teman sepermainan (geng bersepeda) yang kerap pulang bersama nongkrong di sebuah jembatan. Kami biasa nongkrong disana, bersenda gurau, mengobrol ngalor ngidul tidak peduli waktu. Sampai akhirnya ada teman saya yang pergi ke warung, hendak membeli minuman awalnya. Saat itulah suara setan terdengar membisikkan sesuatu di telinga saya hingga tercetus kata "beli rokok, yuk!"
Saya lupa bagaimana saya meyakinkan teman-teman saya untuk membelinya, yang saya ingat kami akhirnya membelinya patungan bertiga. Kami tidak lekas mengonsumsinya sore itu. Karena saya yang menggagas idenya, saya bertugas untuk menyimpannya, di dalam tas yang terus saya jaga di rumah dengan perasaan khawatir dan gelisah semoga tidak diperiksa mama.
Keesokan harinya adalah hari pelaksanaan. Saya mengajak teman dengan jumlah yang lebih dahsyat dari kemarin, seluruh anak laki-laki yang ada di kelas. Singkat cerita sepulang sekolah kami berkumpul dan mencari lokasi yang tepat untuk eksekusi. Kami menemukan sebuah gang sempit di dekat sekolah, yang sepengetahuan kami jarang orang berlalu lalang di gang tersebut.
Kami berkumpul dan dimulailah ritual yang ditunggu-tunggu. Sebagai penggagas utama, dan orang yang membawa rokok tersebut sayalah orang pertama yang akan mencicipinya.Saya hidupkan rokok tersebut dan menghisapnya serta menghembuskan asapnya, "Fuuuuuh!". Sepertinya saya menikmatinya, saya hisap untuk kedua kalinya.
Kemudian muncul suara entah dari mana datangnya
"Hayoo, pada ngapain, saya tahu loh siapa gurunya"
*DEG*
Suara itu bagaikan petir di siang bolong. Mendengar suara itu, kami pun berlarian, bubar dalam sekejap, berhamburan menuju ke rumah masing-masing. Dan seketika itu saya stress, suara itu terus menerus terngiang di telinga saya, ditambah lagi saya adalah biang keroknya, dan hanya saya satu-satunya orang yang mencicipinya. Bayang-bayang kemarahan orang tua dan guru muncul terus menerus. Esok hari setelah peristiwa itu saya tidak masuk sekolah, gejala tipes selama sepuluh hari.
Mungkin sejak itu saya menjadi antipati terhadap rokok.Suara yang muncul itu sampai sekarang saya anggap suara malaikat, entah siapapun itu, dia yang menghindarkan saya dari barang berbahaya tersebut. Untuk berhenti merokok mungkin harus ada faktor pencetus yang menimbulkan trauma tersendiri bagi perokok tersebut. Saya beruntung itu merupakan rokok pertama dan terakhir saya. Tanpa perlu merasakan seperti seorang teman yang berhenti setelah sang ayah meninggal karena kanker paru dan kisah-kisah menyedihkan lainnya.
Selain rokok, pada masa itu saya begitu penasaran dengan bir bintang, beruntung embel-embel haram mencegah saya untuk mencobanya.
catatan N-Boy™
Saya pernah menghisap rokok. Saya kurang paham ini termasuk dosa atau bukan, karena ustad, habib dan kyai yang saya cermati dan saya kenal ada bahkan banyak yang merokok. Terlepas dari pro kontra dosa/tidak dosa tapi yang pasti ini aib buat saya, aib yang terus saya rahasiakan dari orang tua saya selama bertahun-tahun karena takut dimarahin, dan dari orang-orang sekitar saya karena malu.
Saya menghisap rokok pertama saya ketika saya duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Saya yang waktu itu langganan juara kelas, bahkan juara loketa tingkat DKI bidang mutsabaqah hisbul quran (MHQ) ternyata tidak lebih seorang bocah dungu yang bisa diperdaya oleh rasa ingin tahu yang teramat liar.
Ikut-ikutan teman?sama sekali tidak, lingkungan saya baik, lingkungan sekolah dasar islam terpadu. Justru saya adalah si brengsek yang mengajak teman beramai-ramai untuk mencicipi tembakau bakar tersebut.
Awal mula peristiwa ini terjadi sore hari, saat saya dan teman-teman sepermainan (geng bersepeda) yang kerap pulang bersama nongkrong di sebuah jembatan. Kami biasa nongkrong disana, bersenda gurau, mengobrol ngalor ngidul tidak peduli waktu. Sampai akhirnya ada teman saya yang pergi ke warung, hendak membeli minuman awalnya. Saat itulah suara setan terdengar membisikkan sesuatu di telinga saya hingga tercetus kata "beli rokok, yuk!"
Saya lupa bagaimana saya meyakinkan teman-teman saya untuk membelinya, yang saya ingat kami akhirnya membelinya patungan bertiga. Kami tidak lekas mengonsumsinya sore itu. Karena saya yang menggagas idenya, saya bertugas untuk menyimpannya, di dalam tas yang terus saya jaga di rumah dengan perasaan khawatir dan gelisah semoga tidak diperiksa mama.
Keesokan harinya adalah hari pelaksanaan. Saya mengajak teman dengan jumlah yang lebih dahsyat dari kemarin, seluruh anak laki-laki yang ada di kelas. Singkat cerita sepulang sekolah kami berkumpul dan mencari lokasi yang tepat untuk eksekusi. Kami menemukan sebuah gang sempit di dekat sekolah, yang sepengetahuan kami jarang orang berlalu lalang di gang tersebut.
Kami berkumpul dan dimulailah ritual yang ditunggu-tunggu. Sebagai penggagas utama, dan orang yang membawa rokok tersebut sayalah orang pertama yang akan mencicipinya.Saya hidupkan rokok tersebut dan menghisapnya serta menghembuskan asapnya, "Fuuuuuh!". Sepertinya saya menikmatinya, saya hisap untuk kedua kalinya.
Kemudian muncul suara entah dari mana datangnya
"Hayoo, pada ngapain, saya tahu loh siapa gurunya"
*DEG*
Suara itu bagaikan petir di siang bolong. Mendengar suara itu, kami pun berlarian, bubar dalam sekejap, berhamburan menuju ke rumah masing-masing. Dan seketika itu saya stress, suara itu terus menerus terngiang di telinga saya, ditambah lagi saya adalah biang keroknya, dan hanya saya satu-satunya orang yang mencicipinya. Bayang-bayang kemarahan orang tua dan guru muncul terus menerus. Esok hari setelah peristiwa itu saya tidak masuk sekolah, gejala tipes selama sepuluh hari.
Mungkin sejak itu saya menjadi antipati terhadap rokok.Suara yang muncul itu sampai sekarang saya anggap suara malaikat, entah siapapun itu, dia yang menghindarkan saya dari barang berbahaya tersebut. Untuk berhenti merokok mungkin harus ada faktor pencetus yang menimbulkan trauma tersendiri bagi perokok tersebut. Saya beruntung itu merupakan rokok pertama dan terakhir saya. Tanpa perlu merasakan seperti seorang teman yang berhenti setelah sang ayah meninggal karena kanker paru dan kisah-kisah menyedihkan lainnya.
Selain rokok, pada masa itu saya begitu penasaran dengan bir bintang, beruntung embel-embel haram mencegah saya untuk mencobanya.
catatan N-Boy™
Langganan:
Postingan (Atom)